Fermi Dirac Aplikasi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Panas Jenis Gas
Elektron
Salah satu penerapan statistik
Fermi-Dirac adalah pada panas jenis gas elektron. Karena panas jenis gas
elektron ini tidak dapat dijelaskan dengan menggunakan statistik Maxwell-Boltzmann.
Sekarang kita akan mengkajinya dengan statistik Fermi-Dirac. Meskipun energi
untuk elektron dianggap lebih besar dari statistik sebelumnya, namun perubahan
energi terhadap temperatur sangat kecil, dan hanya berubah dalam pengaruh
kapasitas panas. Salah satu hal mengenai statistik Maxwell-Boltzmann, yakni
yang dinyatakan oleh Dulog-Petit adalah sebesar 3R, yang terjadi jika terdapat
pembagian energy yang sama antara atom dan elektron bebas, dimana elektron
tersebut akan menyumbangkan 3R/2 per mol untuk kapasitas panas.
Seperti
halnya pada gas monoatomik, sekarang dapat dilihat bahwa walaupun dalam
statistik Fermi-Dirac, distribusi energinya lebih besar untuk elektron
dibandinkan dengan teori lama. Ini terjadi karena temperaturnya sangat kecil.
Sehingga, energi rata-rata
untuk sebuah elektron
dideinisikan dengan cara yang sudah umum yaitu.



Pda
temperatur T = 0K, dengan mengintegralkan batas atas dengan wmo,
sedangkan pada temperature ini tidak terdapat elektron yang memiliki energy
yang lebih besar dari wmo. Untuk w < wmo,
dan pada T = 0 K, maka dari persamaan
akan diperoleh
persamaan sebagai berikut.


Sehingga
diperoleh nilai
adalah sebagai berikut.


Energi rata-rata pada sembarang
temperatur diperoleh dengan cara yang sama, dengan menggunakan perluasan deret
untuk wm sebagai fungsi T dan integrasi dari 0 sampai
, sehingga diperoleh persamaan sebagai
berikut.


Energi internal
total U dari N elektron adalah
U =
N

dan kapasitas
panas pada volume konstan adalah

Jika N sama dengan bilangan Avogadro,
Nk = R dan Cv menjadi panas jenis molar cv yaitu :

Statistik
Maxwell-Boltzmann meramalkan bahwa
R, tidak bergantung pada temperatur. Sedangkan hasil yang diperoleh oleh
Fermi Dirac, berbanding lurus dengan temperatur.

2.2 Emisi Termionik
Elektron-elektron di
dalam konduktor muncul di permukaan konduktor dengan energi yang cukup dapat
lepas melewati permukaan. Peristiwa ini disebut emisi termionik. Pemancaran elektron-elektron dapat digambarkan
dengan elektrode pengumpul pada potensial positif relatif terhadap permukaan
pemancar. Jika beda potensial antara elektrode pengumpul dan pemancar (emiter) cukup besar, semua elektron yang
dipancarkan akan terkumpul. Berkaitan kerapatan arus pada permukaan pemancar
disebut rapat arus jenuh, Jsat, dan kita sekarang menunjukkan
bagaimana hal ini bisa dihitung.

Ambillah sumbu X sebagai normal terhadap permukaan, dan
anggaplah pertama-tama elektron-elektron ini dengan komponen kecepatan tertentu
vx. Jika luas permukaan logam adalah A, jarak yang ditempuh elektron
menuju permukaan logam adalah s, Dalam selang waktu dt, semua elektron dalam
jarak vx dt dari permukaan akan mencapai permukaan dalam waktu dt
dengan komponen kecepatan vx sama dengan jumlah komponen kecepatan
yang diisi dalam volume
. Persamaan
kemudian
disubstitusi pada
persamaan






Pada
semua permukaan konduktor ada suatu yang disebut potensial barrier,
yaitu suatu daerah sempit dalam dimana medan listrik mengarahkan sedemikian
elekteron bergerak pelan ke bawah mendekati permukaan dari dalam. Hanya
elektron-elektron dengan energi yang cukup besar dapat mengatasi potensial
barrier, melompati permukaan, dan memberi kontribusi terhadap arus emisi.
Elektron
dengan energi yang lebih kecil akan kembali ke dalam logam. Misalkan wB
adalah energi kinetik minimum, normal terhadap permukaan, yang mana
elektron-elektron harus melawan potensial barrier. Kerapatan arus saturasi
(jenuh) diperoleh dengan mengintegrasi peramaan


Dalam
rentangan integrasi, wx selalu lebih besar daripada wB,
dan haruslah dianggap bahwa wx lebih besar daripada wB.
Hal ini disebabkan, karena pada temperatur biasa, elektron-elektron dalam logam
tidak lepas secara spontan. Oleh karena itu,
dalam rentangan
integrasi adalah bilangan negatif besar, suku eksponensial adalah kecil, dan
dengan menggunakan aproksimasi
, maka akan muncul persamaan baru seperti berikut













Jika:




Persamaan
adalah Persamaan Dushman untuk Emisi Termionik.

2.3 Fenomena Bintang
Kerdil Putih
Statistika Fermi-Dirac
diperkenalkan oleh Enrico Fermi
dan Paul Dirac pada tahun 1926. Pada tahun itu pula, Ralph H. Fowler memanfaatkannya untuk menggambarkan keruntuhan bintang
menjadi katai putih (bintang kerdil putih) atau White Dwarf Star.
Di jagat raya ini, logam bukan merupakan satu-satunya sistem yang
mengandung gas fermion. Sistem lain yang juga mengandung gas fermion salah
satunya adalah bintang kerdil putih. Sekitar 10% dari banyaknya bintang di
galaksi kita merupakan bintang kerdil putih, yaitu bintang yang ada dalam tahap
akhir evolusinya. Pada Januari 2009, Research Consortium pada proyek Bintang Terdekat
(The Research Consortium On Nearby Stars
Project) menghitung delapan bintang
kerdil putih di antara seratus
sistem bintang terdekat matahari. Pada umumnya bintang kerdil putih memiliki massa
sekitar setengah kali massa matahari dan ukurannya hampir sama dengan bumi.


Gambar dari bintang Sirius A dan Sirius
B. Sirius B merupakan bintang kerdil putih.
Setelah materi dalam bintang kerdil putih tidak lagi mengalami reaksi
nuklir (reaksi fusi), maka bintang tidak lagi memiliki sumber energi. Oleh karenanya,
bintang akan berkontraksi (mengerut) secara gravitasional (mengalami keruntuhan
gravitasi) sehingga bintang kerdil putih akan mengalami pemampatan. Pemampatan
yang dialami bintang kerdil putih akan meningkatkan jumlah elektron dalam
volume tertentu.
Dengan mulai berakhirnya reaksi nuklir bintang, inti mulai mendingin dan
saling berdekatan di bawah pengaruh gravitasi. Karena bahan kerdil putih tidak
terdiri dari atom yang terikat oleh ikatan kimia, melainkan terdiri dari plasma
(inti yang tidak terikat dan elektron), maka tidak ada hambatan untuk
menempatkan inti lebih dekat satu sama lain daripada orbital elektron orbital
(daerah yang ditempati oleh elektron).
Apa yang akan terjadi ketika plasma ini didinginkan dan energi tidak lagi
dihasilkan. Paradoks ini kemudian dipecahkan oleh RH Fowler pada tahun 1926
dengan menggunakan sebuah aplikasi dari mekanika kuantum yang baru dibuat.
Karena elektron mematuhi prinsip eksklusi Pauli, tidak ada dua elektron dapat
menempati keadaan yang sama, dan mereka harus mematuhi statistik Fermi-Dirac,
juga diperkenalkan pada tahun 1926 untuk menentukan distribusi statistik
partikel yang memenuhi prinsip eksklusi Pauli. Pada suhu nol, elektron tidak
mungkin semuanya menempati energi terendah (ground
state), beberapa dari mereka harus menempati keadaan energi yang lebih
tinggi. Keadaan elektron ini disebut dengan keadaan degenerasi (membentuk gas
degenerasi), yang berarti bintang kerdil putih dapat mendingin hingga suhu
terendah namun masih dapat memproses energi yang tinggi (http://en.wikipedia.org/wiki/White_dwarf).
Ketika calon bintang kerdil putih mulai mengerut, volume bintang tersebut
(V) akan berkurang dan energi fermi elektronnya akan bertambah sesuai dengan persamaan:

Perkiraan nalar energi fermi pada sebuah bintang kerdil putih adalah 0,5
MeV. Gas elektron menjadi bertambah panas saat bintang tersebut mengerut.
Walaupun massa elektron total hanya merupakan fraksi kecil dari massa bintang,
namun pada akhirnya gas elektron tersebut menimbulkan tekanan yang cukup untuk
menahan pengerutan gravitasional. Jadi ukuran bintang kerdil putih ditentukan
oleh keseimbangan antara tarikan gravitasional ke dalam inti atomik dan tekanan
gas elektron degenerasi.
Dalam bintang kerdil putih, hanya elektron dengan energi tertinggi yang
dapat memancarkan cahaya. Bintang kerdil putih tetap akan meradiasikan energi
yang dimilikinya secara bertahap. Namun, karena sudah tidak memiliki sumber
energi, maka bintang akan mulai mendingin seiring waktu. Warnanya pun akan
berubah memerah, kemudian saat bintang itu berhenti memancarkan cahaya, bintang
tersebut akan menjadi bintang kerdil hitam yang merupakan gumpalan benda mati (Beiser,
1987).
0 komentar:
Posting Komentar